Pages

Sabtu, 20 April 2019

Persamaan dan Perbedaan dari Business Relationship Management dan Service Level Management



Pada tulisan ini akan membahas tentang perbedaan dan persamaan dari BRM(Businness Relationship Management) dan SLM(Service Level Management), namun sebelum itu akan dibahas terlebih dahulu pengertian dari BRM(Businness Relationship Management) dan SLM(Service Level Management).

APA ITU BRM(Businness Relationship Management) ?

Businness Relationship Management atau  Manajemen hubungan bisnis adalah proses yang memungkinkan manajer hubungan bisnis untuk menyediakan link antara penyedia layanan dan pelanggan pada tingkat strategis dan taktis.
Pelanggan dan penyedia akan memiliki kepentingan bersama dalam memastikan bahwa pelanggan memahami nilai dari layanan yang ditawarkan dan memiliki harapan yang realistis dari mereka.
Agar hubungan seperti itu dapat bekerja dengan baik maka harus ada kepercayaan, keterbukaan dan kejujuran di kedua sisi, dan pada kali ini akan memerlukan penyedia layanan untuk terbuka dan jujur tentang pelanggan, misalnya dalam kaitannya dengan kewajiban terhadap pelanggan yang gagal terpenuhi.

APA ITU SLM(Service Level Management)?

Service Level Management merupakan proses mendefinisikan, menyampaikan, memastikan dan mengevaluasi target kualitas masing-masing layanan teknologi informasi yang ada di dalam perusahaan. Dengan adanya aktivitas monitoring terhadap hal ini, maka kebutuhan bisnis dapat tercapai dengan baik dan jauh dari potensi gangguan yang dapat terjadi.

Persamaan dan Perbedaan diantara keduanya

Persamaan

  1. Kedua proses mementingkan hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan memastikan bahwa pelanggan senang dengan apa yang disampaikan

Perbedaan

  1. BRM berada pada prinsip strategi service sedangkan SLM berada pada Service Design
  2. Fokus BRM pada desain dan penyediaan layanan yang menambah nilai nyata bagi pelanggan dengan biaya yang wajar baik dalam hubungan dengan nilai layanan delivery maupun biaya layanan serupa dari pesaing.
  3. Fokus dari SLM adalah pada menjalin perjanjian dengan pelanggan pada tingkat layanan yang akan dikirimkan untuk layanan tertentu dan, dengan memastikan tingkat layanan ini terpenuhi, pada pencapaian tingkat kepuasan pelanggan yang dapat diterima.





Sumber:



Jumat, 19 April 2019

Audit Tata Kelola Teknologi Informasi Berdasarkan COBIT pada PT Kereta Api Indonesia



Pada tulisan ini akan membahas tentang Audit layanan TI dengan sistem COBIT pada PT Kereta Api Indonesia(persero) namun sebelum itu, berikut penjelasan mengenai COBIT.

Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) adalah sebuah framework yang berfokus pada tata kelola teknologi informasi dan di buat oleh ISACA, sebuah badan internasional yang berfokus pada tata kelola teknologi informasi dan merupakan afiliasi dari IFAC (International Federation of Accountants). COBIT berguna sebagai sebuah alat yang dapat membantu manajer dalam mengelola celah antara persyaratan kontrol, masalah teknikal dan risiko bisnis. 

COBIT memberikan panduan yang jelas mengenai praktik dan kebijakan yang baik dalam seluruh domain dan kerangka proses serta menyajikan aktivitas dalam bentuk yang terstruktur dan terarah. COBIT lebih fokus terhadap kontrol bukan kepada eksekusi. Hal ini akan membantu optimisasi dari investasi teknologi informasi, memastikan penyampaian servis dan menyajikan sebuah pengukuran untuk dapat menilai apakah segala implementasi teknologi informasi berjalan sesuai harapan atau tidak.  

COBIT mendefinisikan aktivitas ke dalam model proses yang dibagi ke dalam 4 domain yang dibagi berdasarkan tanggung jawab perencanaan, pembuatan, pelaksanan dan pengukuran, keempat domain ini adalah: 
  1. Perencanaan dan Pengorganisasian (Plan and Organise) Domain ini meliputi strategi dan taktik serta memperhatikan identifikasi cara agar teknologi informasi dapat memberikan kontribusi sebaik-baiknya terhadap pencapaian tujuan bisnis.
  2. Pengadaan dan implementasi (Acquire and Implement) Untuk dapat merealisasikan strategi TI, solusi TI harus dapat diidentifikasi, dikembangkan atau didapatkan serta harus diimplementasikan dan diintegrasikan ke dalam proses bisnis. Selain itu, pemeliharaan dari sistem yang sudah ada juga termasuk kedalam domain ini untuk memastikan bahwa solusi yang ada terus memenuhi tujuan bisnis.
  3. Penyampaian Layanan dan Dukungan (Deliver and Support) Domain ini memperhatikan penyampaian sesungguhnya dari layanan yang diperlukan dan mencakup mencakup penyediaan layanan, manajemen keamanan dan kelangsungan, dukungan layanan pada pengguna, manajemen data dan fasilitas operasional. 
  4. Monitor dan Evaluasi (Monitor and Evaluate) Domain ini berfokus pada penilaian dari seluruh proses TI berdasarkan dari kualitas dan kepatuhan terhadap persyaratan kontrol. Domain ini membahas masalah performa, pengawasan internal kontrol, kepatuhan peraturan dan tata kelola 


AUDIT COBIT PADA PT KERETA API INDONESIA


PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa pengangkutan kereta api. Pelayanan yang diberikan oleh PT KAI meliputi jasa angkutan penumpang dan barang serta jasa non-angkutan berupa penyewaan asset seperti hotel dan bangunan.  PT KAI dimiliki seluruhnya oleh pemerintah.

PT KAI mulai fokus mengembangkan sistem teknologi informasi perusahaan pada tahun 2010, PT KAI melakukan transformasi secara besar-besaran di bidang TI dan dituangkan dalam master plan pengembangan TI 2011-2015. Pada tahun 2011 PT. Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) meluncurkan sebuah aplikasi yang bisa memonitoring seluruh jaringan dan infrastruktur IT milik PT. KAI yang terintegrasi dengan Network Operation Center (NOC). Aplikasi yang diberi nama MONALISA yang dapat melihat secara langsung dan komprehensif seluruh jaringan dan infrastruktur yang berada di Daerah Operasi (Daop) dan Divisi Regional (Divre) serta Kantor Pusat PT. KAI. Sehingga jika terdapat gangguan, NOC bisa dengan segera dilakukan perbaikan. Dalam aplikasi ini, bisa semakin mudah untuk melihat sejauh mana penggunaan berbagai infrastruktur jaringan IT, yang sebelumnya pemeriksaan dilakukan secara manual. Monalisa sendiri merupakan singkatan dari “Monitoring Aplikasi Infrastuktur dan Service Level Agreement (SLA).

Penelitian ini akan mendeskripsikan penerapan tata kelola teknologi informasi pada PT KAI menggunakan pendekatan studi kasus yang bersifat evaluatif.

Hasil dari penelitian ini diperoleh dari naskah ringkas skripsi Suryawan Sudibyo, Machmudin Eka Prasetya Program Studi S1 Akuntansi Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

1. Perencanaan dan Pengorganisasian (Plan and Organise

Pada IT proses PO1 Define a strategic IT plan menghasilkan analisa PT KAI sudah terdapat IT Master Plan yang berisikan tentang rencana kerja dan investasi strategis pengembangan TI untuk jangka panjang selama 5 tahun dan untuk jangka pendek dibuat untuk kurun waktu kurang dari 1 tahun.

PO2 Define the information architecture
PT KAI belum terdapat model arsitektur informasi terstandard yang digunakan.

PO3 Determine technological direction
Manajemen PT KAI telah merancang arah pengembangan teknologi perusahaan. Hal ini ditandai dengan rencana penambahan modul ERP perusahaan, peningkatan infrastruktur TI perusahaan dan berbagai sertifikasi ISO dalam bidang teknologi informasi.

PO3 Determine technological direction
Manajemen PT KAI telah merancang arah pengembangan teknologi perusahaan. Hal ini ditandai dengan rencana penambahan modul ERP perusahaan, peningkatan infrastruktur TI perusahaan dan berbagai sertifikasi ISO dalam bidang teknologi informasi.

PO4 Define the IT processes, organisation and relationships
PT KAI telah memiliki pembagian tugas yang jelas pada divisi TI hal ini di tuangkan dalam tugas pokok inti divisi TI. Selain itu keamanan informasi sudah dilakukan dengan melakukan encryption serta cryptographic pada informasi perusahaan.

PO5 Manage the IT investment
Pada PT KAI manajemen telah menentukan prioritas investasi TI yang sesuai dengan budget perusahaan selain itu penetapan budget untuk investasi TI telah dilakukan oleh dewan direksi untuk setiap tahunnya. Perencanaan penggunaan dana investasi TI ini dituangkan dalam  IT Master Plan perusahaan.

PO6 Communicate management aims and direction
Manajemen PT KAI telah secara aktif mengomunikasikan penerapan TI antara dewan direksi dan divisi TI. Hal ini dilakukan melalui rapat koordinasi dan evaluasi yang rutin dilakukan baik
secara horizontal maupun vertical.

PO7 Manage IT human resources
Pada PT KAI terdapat pendekatan strategis untuk merekrut dan mengelola IT personnel. Rencana training resmi telah ditetapkan untuk SDM TI. Program rotasi karyawan sudah ditetapkan  dalam  rangka pengembangan skill manajemen dan teknik.

PO8 Manage quality
Pada PT KAI manajemen telah menerapkan ISO 9001 yang mengatur tentang quality management system terhadap berbagai divisi dan sarana pada perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa manajemen telah menyadarinya sebuah kebutuhan atas kualitas mutu.

PO9 Assess and manage IT risks
Pada PT KAI, manajemen khususnya divisi TI belum memiliki pengukuran risiko yang terdokumentasi dan formal.

PO10 Manage projects
Pada PT KAI sudah terdapat gambaran dan rencana mengenai pengembangan TI pada perusahaan yang tergambarkan dalam Master Plan IT. Walau begitu dalam manajemen proyek belum terdapat kerangka kerja formal, perusahaan masih menggunakan pendekatan tradisional dalam
menjalankan proyek.

2. Pengadaan dan implementasi (Acquire and Implement)

AI1 Identify automated solutions
Pada PT KAI rencana pembelian atau pembuatan mengenai proyek TI sudah dilakukan tahapan perencanaan oleh business process owner terkait. Rencana ini mencakup mengenai biaya,waktu dan spesifikasi proyek yang diinginkan.

AI2 Acquire and maintain application software
Pada PT KAI saat perusahaan memutuskan untuk membuat atau membeli sebuah aplikasi atau perangkat TI maka persyaratan dan spesifikasi diberikan oleh tim BPO. Spesifikasi dan persyaratan ini akan dikonsultasikan dengan divisi TI dan ditranslasikan kedalam sebuah solusi yang terenacana.

AI3 Acquire and maintain technology infrastructure
PT KAI sudah melakukan perawatan dan perencanaan pemeliharaan infrastruktur secara berkala. Pada datacenter perusahaan setiap minggu sistem akan di switch ke back-up system untuk dirotasi dan memastikan bahwa sistem cadangan bekerja.

AI4 Enable operation and use
Pada PT KAI dalam memastikan penerapan sebuah sistem atau aplikasi baru agar dapat digunakan oleh end- user divisi TI melakukan pelatihan kepada para pengguna.

AI5 Procure IT resources
Pada PT KAI pengadaan kebijakan dan prosedur akuisisi TI telah ditetapkan, didokumentasikan dan dikomunikasikan. Kebijakan dan prosedur akuisisi TI di PT KAI mengacu kepada proses bisnis perusahaan secara keseluruhan. Manajemen TI mengkomunikasikan kebutuhan akuisisi dan manajemen kontrak melalui fungsi TI.

AI6 Manage changes
Pada PT KAI sudah terdapat dokumentasi formal mengenai perubahan yang berkaitan dengan TI yang mencakup prosedur, proses, kebijakan dan sistem. Perubahan sistem yang besar misalnya pada saat penerapan ERP SAP dilakukan sesuai dengan standard sistem terkait yang mencakup persiapan proyek, business blueprint hingga persiapan go live.

AI7 Install and accredit solutions and changes
Hal ini tidak dapat dibahas lebih lanjut karena pada pengujian dan pengetesan sebuah sistem yang mempengaruhi operasi secara besar perusahaan menyerahkana sepenuhnya test environment dan test procedure kepada pihak eksternal dan vendor yang menyediakan jasa pengadaan sistem

3. Penyampaian Layanan dan Dukungan (Deliver and Support

DS1 Define and manage service levels
Pada PT KAI untuk berbagai pelayanan TI yang terkait dengan pihak eksternal maupun internal, manajemen menentukan batasan SLA minimum yakni kehandalan (reliability) 99,9% . untuk pihak eksternal manajemen TI melakukan penilaian performa setiap bulan untuk memastikan tingkat operasional memenuhi SLA yang telah .ditentukan

DS2 Manage third-party services
Pada PT KAI untuk pelayanan yang disediakan oleh pihak ketiga seperti RTS,   jaringan   dan   sebagainya sudah memiliki dokumentasi SLA dalam bentuk perjanjian formal. Perjanjian mengenai SLA ini mengatur hal-hal penting seperti kehandalan minimum mengenai layanan, penalty bila target tidak tercapai dan berbagai hal lainnya.

DS3 Manage performance and capacity
Pada PT KAI penentuan kapasitas dan perfoma pada bidang TI sudah diselaraskan dengan peramalan kebutuhan bisnis. Hal ini sesuai dengan manajemen stratejik perusahaan yang disudah mempertimbangkan berbagai asumsi makro dan perkembangan bisnis. Pembuatan IT Master Plan sudah diseleraskan dengan manajemen strategi perusahaan.

DS4 Ensure continuous service
PT KAI sudah memiliki beberapa IT Continuity Plan untuk beberapa infrastruktur vital seperti datacenter yang memiliki 2 offsite back up storage yang terletak di Jakarta dan BSD.

DS5 Ensure systems security
Pada PT KAI perusahaan telah melakukan berbagai langkah pengamanan informasi. Hal ini dapat dilihat dari penerapan  pembatasan akses pengguna yang dibagi menjadi 3 level, penggunaan firewall pada datacenter perusahaan, encryption pada server mail hingga pengadopsian ISO 27001 mengenai standardisasi keamanan informasi sesuai dengan standard internasional

DS6 Identify and allocate costs
Pada PT KAI sudah terdapat ketentuan dan dokumentasi mengenai biaya teknologi informasi, Alokasi biaya TI perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan bisnis dan pelaksanaannya harus sesuai dengan yang telah direncanakan.

DS7 Educate and train users
Pada PT KAI manajemen TI telah melakukan pelatihan baik terhadap internal divisi TI dan kepada end-user agar pengoperasian sistem berjalan efektif. PT KAI sudah memiliki dokumentasi dan perencanaan formal mengenai pelatihan dan pendidikan pengguna, selain itu PT KAI juga rutin melakukan sertifikasi bagi personnel TI.

DS8 Manage service desk and incidents
Pada PT KAI sudah terdapat help desk untuk membantu pengguna akhir jika terdapat permasalahan dalam sistem. Sudah terdapat SOP dan dokumentasi lainnya yang membantu dan mengarahkan tugas help desk dalam menghadapi beberapa permasalahan umum.

DS9 Manage the configuration
PT KAI belum memilik manajemen konfigurasi secara  formal  dan terdokumentasi.

DS10 Manage problems
Pada PT KAI permasalahan diidentifikasi apakah terjadi karena kesalahan pengguna atau kesalahan sistem oleh help desk. Apabila kesalahan sistem terjadi terkait dengan aplikasi yang disediakan  eksternal vendor maka penyelesaian masalah menggunakan bantuan vendor.

DS13 Manage operations
Pada PT KAI sudah melakukan beberapa manajemen terkait operasi seperti pengawasan infrastruktur TI, pengukuran kehandalan dan pemenuhan SLA, pembakuan dan dokumentasi SOP terkait operasi serta perawatan terhadap infrastruktur.

4. Monitor dan Evaluasi (Monitor and Evaluate)

ME1 Monitor and Evaluate IT performance
Pada PT KAI sudah melakukan pengawasan dan pengukuran kinerja untuk beberapa pelayanan TI. Tingkat SLA berbagai infrastruktur TI di awasi oleh sistem terintegrasi, evaluasi personil dilakukan sesuai dengan KPI dan sudah dikembangkan pendekatan balance scorecard untuk pengukuran
kinerja.

ME4 Provide IT Governance
Salah satu tujuan PT KAI adalah penerapan tata kelola perusahaan yang termasuk didalamnya tata kelola teknologi informasi. Hal ini terlihat dengan pembentukan komite audit di tahun 2012, pembentukan IT Steering Committee dan perubahan struktur organisasi perusahaan. Perencanaan stratejik perusahaan juga sudah dituangkan kedalam RJPP perusahaan dan pendekatan BSC sudah digunakan untuk memetakan tujuan perusahaan beserta KPI.

Berdasarkan hasil pemetaan tujuan bisnis PT KAI dengan tujuan bisnis COBIT pada PT KAI terdapat 30 IT Process dan 183 Control Objectives yang teridentifikasi. IT Process dan Control Objectives yang teridentifikasi ini harus diperhatikan perusahaan dalam menjalankan tata kelola teknologi informasi.
Di PT KAI terdapat 4 proses pada level Managed and Measurable, 11 proses pada level defined, 11 proses pada level repeatable but intuitive dan 4 proses level pada level ad-hoc. Untuk dapat meningkatkan efektifitas tata kelola teknologi informasi perusahaan, manajemen dapat berfokus pada proses TI yang masih rendah (berada pada level ad-hoc dan repeatable but intuitive).



SARAN
Audit COBIT pada PT KAI di tahun 2013 sudah di terapkan dengan baik dan dapat dikatakan berada pada tingkatan Repeatable but intuitive, dimana proses telah dikembangkan hingga tahapan yang memungkinkan prosedur serupa dapat dilakukan oleh setiap orang untuk tugas yang sama. 







SUMBER: